KONAWE UTARA,. Wakil Bupati Konawe Utara (Konut) H. Abuhaera S.Sos M.Si memimpin upacara peringatan Hari Kebangkitan Bangsa (Harkitnas). Upacara yang berlangsung penuh khidmat digelar di pelataran kantor Sekretariat Daerah (Setda) Konut, (20/5/2025)
Seremoni peringatan momentum bersejarah tonggak kebangkitan semangat kebangsaan tak hanya diikuti pegawai dan pejabat lingkup Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Konut, namun para legislator dan pejabat Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).
Para pejabat yang dihadiri diantaranya, Wakil Ketua DPRD, I Made Tarubuana, Wakil Ketua TP PPK Konawe Utara Hj. Sarlina S.Pd M.Pd, Staf Ahli, Asisten, Drs. La Ondjo, M.Si, Wakapolres Konut Kompol Sumarso S Sos hingga Dandim 1430 Konut Letkol Arh Pramono S.Sos. M.Han.

Wabup Konut Abuhaera mengatakan Harkitnas merupakan tonggak menumbuhkan semangat persatuan, nasional dan penghargaan atas jasa para pahlawan perintis bangsa. Semangat inilah yang mendorong kebangkitan kolektif seluruh elemen masyarakat menghadapi tantangan zaman.
“Tema peringatan ke 117 Harkitnas tahun ini adalah Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat. Ini merefleksikan semangat seluruh komponen bangsa untuk bangkit dari berbagai tantangan dan krisis serta bergerak menuju Indonesia yang lebih kuat,” kata Abuhaera.
Dalam sambutan Menteri Komunikasi dan Digital, Wabup Konut mengatakan 20 Mei tidak sekadar memperingati sebuah tanggal dalam kalender nasional. Melainkan, momen membuka kembali halaman penting dari sejarah perjuangan bangsa. Halaman yang ditulis bukan dengan tinta biasa, tetapi dengan
kebangkitan kesadaran, semangat persatuan, dan keberanian menolak untuk terus terjajah.

117 tahun yang lalu sambungnya, di tengah keterbatasan dan tekanan kolonialisme lahirlah sebuah kesadaran baru yang menyalakan api perubahan. Melalui pendirian Budi Utomo, bangsa ini mulai membangun keyakinan bahwa nasib tidak boleh selamanya digantungkan kepada kekuatan asing; bahwa kemajuan hanya mungkin dicapai bila kita bangkit berdiri di atas kekuatan kita sendiri.
“Kebangkitan itu bukanlah sebuah peristiwa yang selesai dalam satu masa. Kebangkitan adalah ikhtiar yang terus hidup. Kita tidak boleh terjebak dalam romantisme masa lalu, tetapi menuntut keberanian untuk menjawab tantangan zaman ini, zaman yang menghadirkan ujian jauh lebih kompleks: disrupsi teknologi, ketegangan geopolitik, krisis pangan global, dan ancaman terhadap kedaulatan digital,” pungkasnya. (*)